Program Ilmu Politik Universitas Indonesia, yang berdiri sejak tahun 1962, lahir dari gagasan Prof. Miriam Budiardjo. Sosok yang dikenal sebagai pelopor ilmu politik di Indonesia ini menempuh pendidikan doktoral di Universitas Indonesia, setelah sebelumnya meraih gelar Master of Arts dari Georgetown University. Sebelum berkecimpung di dunia akademik, beliau turut menjadi saksi sejarah mewakili Indonesia dalam Perjanjian Renville dan mencatatkan namanya sebagai diplomat perempuan pertama yang bertugas di India dan Amerika Serikat pada awal 1950-an.
Pada masa itu, ilmu politik masih berada di bawah naungan Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FH-IPK), sebelum kemudian menjadi bagian Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (FIS). Tahun 1982, FIS resmi berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Di antara rentang waktu itu, dari 1974 hingga 1979, Prof. Miriam memimpin sebagai Dekan, membangun fondasi yang kelak menjadi rumah bagi generasi-generasi ilmuwan politik di Indonesia berikutnya, seperti Arbi Sanit, Prof. Maswadi Rauf, dan Prof. Valina Singka.
Dari tangan-tangan penerusnya—termasuk salah satu murid beliau yang kemudian menjadi dekan, Prof. Juwono Sudarsono—Ilmu Politik UI berkembang menjadi sebuah departemen yang menawarkan pendidikan komprehensif dari jenjang sarjana, magister, hingga doktoral. Departemen ini juga menjadi pusat penelitian yang mengkaji isu-isu politik nasional dan global dengan pendekatan yang beragam.
Warisan Bu Mir tidak berhenti pada pendirian disiplin ilmu ini. Karya beliau, Dasar-Dasar Ilmu Politik, masih menjadi “kitab” rujukan utama mahasiswa ilmu politik di Indonesia hingga hari ini. Selain itu, nama beliau diabadikan melalui Miriam Budiardjo Resource Center (MBRC)—ruang yang memupuk semangat belajar dan berdiskusi—serta sebuah jalan di kawasan Universitas Indonesia.
Bagi kami, sejarah ini bukan sekadar catatan masa lalu. Ia adalah sumber inspirasi—bahwa ilmu politik di UI lahir dari keberanian, visi, dan dedikasi, dan hingga kini terus menjadi tempat bertumbuhnya pemikiran kritis demi masa depan demokrasi dan bangsa.
